oleh Admin
Jumat, 08 Desember 2023
Jakarta, CNBC Indonesia - Prajogo Pangestu pada hari ini bersanding dengan pendiri Google Larry Page, pendiri Facebook Mark Zuckerberg, dan pendiri Tesla Elon Musk dalam daftar orang terkaya dunia.
Namanya masuk sebagai konglomerat dengan harta kekayaan yang bertambah signifikan hari ini.
Mengutip daftar orang terkaya dunia dari Forbes, Jumat (8/12/2023), harta Prajogo hari ini hingga pukul 10.30 WIB bertambah US$ 7,1 miliar atau setara Rp 110 triliun (kurs Rp 15.493).
Dengan demikian harta kekayaan Prajogo menjadi US$ 58,2 miliar atau setara Rp 901,69 triliun. Angka tersebut menjadikannya sebagai orang terkaya dunia nomor 23. Dia merupakan satu-satunya orang Indonesia yang menghuni 50 besar orang terkaya dunia saat ini.
Namun jauh sebelum menempati posisi saat ini, Prajogo memiliki masa sulit.
Sejarah mencatat putra seorang pedagang karet ini, hanya bisa mengenyam pendidikan tingkat menengah pertama karena keterbatasan ekonomi keluarganya.
Di Kalimantan Prajogo mendapat pekerjaan sebagai sopir angkutan umum jurusan Singkawang-Pontianak. Ia juga membuka usaha kecil-kecilan dengan menjual bumbu dapur dan ikan asin.
Baca: Ada 7 Nama Baru di Daftar Orang Terkaya RI, Siapa Mereka? |
Di sela-sela pekerjaan itu, Prajogo bertemu dengan seorang pengusaha kayu asal Malaysia, bernama Burhan Uray. Dari pertemuan itu, pada 1969 Prajogo lantas memutuskan bergabung di perusahaan milik Burhan, yakni PT Djajanti Grup.
Lantaran etos kerja yang tinggi, Prajogo pun berhasil mendapatkan jabatan General Manager Pabrik Plywood Nusantara setelah tujuh tahun mengabdi pada grup yang menaunginya tersebut.
Hanya setahun saja Prajogo menjabat sebagai GM Djajanti Group. Ia putuskan resign dan membeli sebuah perusahaan yang sedang krisis finansial. Nama perusahaan tersebut adalah CV Pacific Lumber Coy.
Prajogo meminjam sejumlah dana pada sebuah bank untuk membeli perusahaan kayu ini. Hebatnya, ia dapat mengembalikan pinjaman tersebut hanya dalam kurun waktu satu tahun. Perusahaan inilah yang kemudian berubah nama menjadi PT Barito Pacific. Pada masa orde baru, perusahaan ini maju pesat menjadi perusahaan kayu terbesar di Indonesia.
Namun kesuksesan ini tidak menghentikan langkah Prajogo untuk terus berkembang. Selanjutnya, ia melakukan ekspansi bisnis dengan mendirikan PT Chandra Asri Petrichemical Center dan PT Tri Polyta Indonesia Tbk.
Perusahaannya Barito Pacific Timber telah melakukan go public pada tahun 1993 dan berganti nama menjadi Barito Pacific setelah mengurangi bisnis kayunya pada 2007.
Pada 2007 Barito Pacific mengakuisisi 70% dari perusahaan petrokimia Chandra Asri, yang juga diperdagangkan di BEI. Pada 2011 Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia. Thaioil mengakuisisi 15% saham Chandra Asri pada Juli 2021.
Pada 2023, Prajogo juga telah membawa dua perusahaannya,PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), melantai di bursa RI.
Kini BREN tercatat sebagai emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia, menyalip PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA).
Per pukul 10:08 WB, saham BREN melonjak 4,52% ke posisi harga Rp 8.100/unit. Bahkan, posisi kapitalisasi pasar BREN dengan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) seperti sedang salip-menyalip memperebutkan posisi pertama kapitalisasi pasar paling jumbo pada hari ini.
Kapitalisasi pasar BREN saat ini mencapai Rp 1.083,67 triliun, lebih besar sedikit dari BBCA yang mencapai Rp 1.081,74 triliun per pukul 10:08 WIB. Bahkan pada awal perdagangan sesi I hari ini, kapitalisasi pasar BREN sempat menyentuh Rp 1,090 triliun, pada saat menyentuh harga tertinggi intraday-nya di Rp 8.150/unit.
1 komentar
Budiman
Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it to make a type specimen book. It has survived not only five centuries, but also the leap into electronic typesetting, remaining essentially unchanged. It was popularised in the 1960s with the release of Letraset sheets containing Lorem Ipsum passages, and more recently with desktop publishing software like Aldus PageMaker including versions of Lorem Ipsum.